Loading...
Selasa, 26 Maret 2013

Keutamaan Berbuat Baik kepada Orang Tua

Menjadi Ibu adalah kodrat seorang perempuan, namun pilihan. Sebab, tidak semua perempuan memilih untuk menjadi seorang Ibu. Menjadi seorang Ibu adalah amanah yang sangat besar. Karena di tangannya lah diberikan tanggung jawab mendidik anak yang pertama dan utama sekaligus pengatur rumah tangga. 
Islam sangat menjunjung tinggi posisi Ibu. Abu Hurairah meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Nabi dan bertanya: “Siapakah yang berhak aku layani sebaik-baiknya?” Jawab Nabi: “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab: ”Ibumu”. Dia bertanya lagi,  “Kemudian siapa?” Kata Nabi: “Ibumu”. “Lalu siapa?” “Ayahmu”. (HR. Bukhari Muslim).

Begitulah, betapa pentingnya sosok seorang Ibu. Bagi seorang anak, Ibu berjasa besar dalam mengantarkannya menjadi sosok berdaya. Berkat Ibu lah seorang anak tumbuh sehat, cerdas, dan bertakwa. Ibu lah tokoh utama di balik kesuksesan seorang anak. Sungguh sangat sombong bila Ibu diabaikan.
Bagi masyarakat, bukan hanya sebatas sebagai pelahir keturunan. Lebih dari itu. Ibu adalah peletak dasar lahirnya generasi penerus bangsa sebagai pewaris peradaban. Di tangan Ibu lah para pemimpin masa depan umat lahir. Apa jadinya bila untuk menjalankan misi sebagai pelahir generasi ini, Ibu menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan hidup?
Memang, menjadi Ibu bukanlah perkara mudah. Bukan sekadar menjalankan tugas kodrati mengandung dan melahirkan. Seorang Ibu harus mampu melewati masa-masa kritis dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Masa menjelang anak balig, saat di mana si buah hati harus siap menanggung tugas Ilahi.

Oleh karena itu, wajib bagi seorang Muslim untuk menghindari durhaka terhadap Ibu, tidak melaksanakan hak-hak Ibu, dan berbuat sesuatu yang menjadikan Ibu marah. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: ’’Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan kamu durhaka kepada para Ibu, menanam hidup-hidup anak perempuan, mencegah pemberian dan menuntut yang bukan hak, Allah benci kepada kamu karena omong kosong, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta’’. (HR. Bukhari).

Berani kepada keduanya pun dilarang Allah. Allah SWT berfirman: ’’Janganlah sekali-kali kamu mengatakan ìahî kepada keduanya dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia’’. (QS. Al-Isra’ : 23).

Dari Abi Umamah ia berkata: “Ada seorang lelaki berkata: “Ya Rasulullah, apakah hak kedua orang-tua atas anak mereka?” Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam bersabda: “Keduanya (merupakan) surgamu dan nerakamu.” (HR Ibnu Majah)

Hal ini sejalan dengan hadits berikut ini: Dari Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR Tirmidzi)

Dalam hadits lain kita juga dapati bagaimana Islam menyuruh menghormati ibu sekalipun ia bukan orang beriman seperti hadits yang diriwayatkan oleh Asma puteri sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq berikut ini:
Asma binti Abu Bakar berkata: “Telah datang kepadaku ibuku dan dia seorang wanita musyrik di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam. Maka aku datang kepada Rasulullah shollallahu ‘alaih wa sallam meminta fatwa beliau. Aku bertanya kepada beliau: “Telah datang kepadaku ibuku sedangkan ia punya suatu keperluan. Apakah aku penuhi permintaan ibuku itu?” Maka Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam bersabda: “Iya, penuhilah permintaan ibumu itu.” (HR Bukhary)

Mengapa kaum ibu sedemikian diutamakan? Karena mereka adalah fihak yang sejak masih mengandung anak saja sudah merasakan beban memikul tanggung-jawab membesarkan anak-anaknya. Mereka adalah pendamping, penyayang, pengasuh dan pengajar pertama dan utama bagi seorang anak. Ibu adalah fihak yang paling banyak direpotkan oleh anak semenjak mereka masih kecil. Begitu lahir anak menuntut air susu ibunya. Keinginan minum ASI seringkali tidak pandang waktu. Bisa jadi seorang ibu di tengah malam “terpaksa” bangun mengorbankan waktu istirahatnya demi menyusui buah hatinya.

Wahai kaum ibu, ikhlaslah dan sabarlah menjaga pos jihad kalian. Didiklah generasi masa depan calon-calon mujahidin dan mujahidat fii sabilillah harapan ummat….!
Sumber : Eramuslim,Republika






0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP