Loading...
Rabu, 24 April 2013

SEJARAH TIMBULNYA PERSOALAN-PERSOALAN TEOLOGI DALAM ISLAM SERTA GOLONGAN-GOLONGAN ISLAM PASCA NABI MUHAMMAD WAFAT




Selama di mekkah nabi Muhammad SAW hanya mempunyai fungsi kepala agama, dan tak mempunyai fungsi kepala pemerintahan, karena kekuasaan politik yang ada disana belum dapat dijatuhkan pada waktu itu.Di Madinah sebaliknya, nabi Muhammad SAW, disamping menjadi kepala agama juga menjadi kepala pemerintahan.
Ketika beliau wafat tahun 632 M daerah kekuasaan Madinah bukan hanya terbatas pada kota itu saja, tetapi boleh dikatakan meliputi seluruh semenanjung Arabia.
Jadi tidak mengherankan kalau masyarakat Madinah pada waktu wafatnya nabi Muhammad SAW sibuk memikirkan pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir itu, sehingga penguburan nabi Muhammad SAW merupakan soal kedua bagi mereka.
Sejarah meriwayatkan bahwa Abu Bakar-lah yang disetujui oleh masyarakat islam di waktu itu menjadai pengganti atau kholifah nabi dalam mengepalai negara mereka.Kemudian Abu Bakar digantikan oleh ‘Umar Ibn al-Khattab dan ‘Umar oleh Utsman Ibn ‘Affan.
Salah seorang pemuka pemberontak-pemberontak Mesir, yang datang ke Madinah dan kemudian membunuh Utsman adalah Muhhammad Ibn Abi Bakar, anak angkat dari ‘Ali Ibn Abi Tahlib dan pula ‘Ali tidak mengambil tindakan keras terhadap pemberontak-pemberontak itu, bahkan Muhammad Ibn Abi Bakar diankat menjadi gubernur Mesir.
Bagaiamanapun perisrtiwa ini merugikan bagi ‘Ali dan manguntungkan bagi Mu’awiyah. Yang legal menjadi kholifah sebenarnya hanyalah ‘Ali, sedangkan Mu’awiyah kedudukannya tak lebih dari Gubernur daerah yang tak mau tunduk kepada ‘Ali sebagai kholifah.
Persoalan-persoalan yang terjadi dalam lapanagn politik sebagai digambarkan di atas inilah yang akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan-persoalan teologi.
Persoalan ini menimbulkan tiga aliran teologi dalam islam. Pertama aliran Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah.
Dalam pada itu timbul pula dalam islam dua aliran dalam teologi yang terkenal dengan nama Al-Qadariyah dan Al-Jabariyah . selain itu ada dua aliran teologi yang terkenal yaitu aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah.
Dengan demikian aliran-aliran teologi penting yang timbul dalam islam ialah aliran Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy-’Ariyah dan Maturidiyah. Aliran-aliran Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah tak mempunyai wujud lagi kecuali dalam sejarah. Yang masih ada sampai sekarang ialah aliran-aliran Asy-’Ariyah dan Maturidiyah, dan keduanya disebut Ahlussunnah Wal Jama’ah.

KAUM KHAWARIJ

            Nama Khawarij berasal dari kata Kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari barisan ‘Ali. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa pemberian nama itu didasarkan atas ayat 100 dari Surat An-Nisa’, yang di dalamnya disebutkan: ” Keluar dari rumah lari kepada Allah dan Rasul-Nya”. Dengan demikian kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah dari kampung halmannya untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasul-Nya. Nama lain yang diberikan kepada mereka adalah Haruriah, satu desa yang terletak di dekat kota Kufah, di Irak. Di sini mereka memilih ‘Abdullah Ibn Abi Wahb Al-Rasidi menjadi imam mereka sebagai ganti dari ‘Ali Ibn Abi Tholib. Dalam pertempuran dengan kekuatan ‘Ali mereka mengalami kekalahan besar, tetapi akhirnya seorang Khariji bernama ‘Abd Al-Rahman Ibn Muljam dapat membunuh ‘Ali.
            Di sini kaum Khawarij memasuki persoalan Kufr: Siapakah yang disebut kafir dan keluar dari Islam? Siapakah yang disebut Mukmin dan dengan demikian tidak keluar dari, tetap dalam Islam? Persoalan ini bukan persoalan politik melainkan persoalan Teologi.
            Menurut Al-Syahrastani, mereka terpecah menjadi delapan belas subsekte, dan menurut Al-Baghdadi dua puluh subsekte. Al-Asy’ari menyebut subsekte-subsekte yang jumlahnya lebih besar lagi.
  1. AL – MUHAKKIMAH
Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut ‘Ali, disebut golongan al-Muhakkimah. Bagi mereka, ‘Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara ‘Amr Ibn al-’Ash dan Abu Musa al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui arbitrase besalah menjadi kafir.
  1. AL – AZARIQAH
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah golongan al-Muhakkimah hancur adalah golongan al-Azriqah. Subsekte ini sikapnya lebih radikal dari al-Muhakkimah. Mereka tidak lagi memakai term kafir, tetapi term musyrik atau polytheis, dan dalam islam merupakan dosa terbesar, lebih besar dari kufur. Menurut paham subsekte yang ekstrim ini hanya merekalah yang sebenarnya islam. Orang islam yang di luar lingkungan mereka adalah kaum musyrik.
  1. AL – NAJDAT
Najdah Ibn ‘Amir al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan al-Azariqah, tetapi dalam golongan ini timbul perpecahan. Najdah berpendapat bahwa orang berdosa besar menjadi kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang islam yang tak sepaham dengan golongannya. Dosa kecil baginya akan menjadi dosa besar kalau dikerjakan terus-menerus dan yang mengerjakannya sendiri menjadi Musyrik.
Dalam kalangan Khawarij, golongan inilah kelihatannya yang pertama membawa paham taqiah, yaitu merahasiakan dan tidak menyatakan keyakinan untuk keamanan diri seseorang. Tetapi tidak semua pengikutnya setuju dengan pendapat dan ajaran-ajaran di atas, terutama paham bahwa dosa besar tidak membuat pengikutnya menjadi kafir, dan dosa kecil bisa menjadi dosa besar.
  1. AL – ‘AJARIDAH
Mereka adalah pengikut dari ‘Abd al-Karim Ibn ‘Ajrad yang menurut al-Syahrasytani merupakan salah satu teman dari ‘Ati’ah al-Hanafi. Kaum ‘Ajaridah mempunyai paham puratinisme. Surat Yusuf membawa cerita cinta dan Al-Qur’an, sebagai kitab suci, kata mereka tidak mungkin mengandung cerita cinta. Oleh karena itu mereka tidak mengakui bahwa surat yusuf bukan bagian dari Al-Qur’an. Golongan ini juga terpecah belah menjadi golongan-golongan kecil. Diantaranya al-Maimunah, al-Hamziyah, dan al-Syu’aibiyah.
  1. AL – SUFRIAH
Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn al-Asfar. Dalam pemahaman mereka, sama dengan golongan al-Azariqah yang dipandang ekstrim.
  1. AL – IBADIAH
Golongan ini merupakan golongan yang paling moderat dari seluruh golongan khawarij. Namanya diambil dari ‘Abdulloh Ibn ‘Ibad, yang pada tahun 686 M, memisahkan diri dari al-Azariqah. Paham moderat mereka dapat dilihat dari ajaran-ajaran berikut :
  1. Orang islam yang tak sepaham dengan mereka bukanlah mukmin dan bukanlah musyrik, tetapi kafir.
  2. Daerah orang islam yang tak sepaham dengan mereka, kecuali camp pemerintah merupakan Dar Tawhid atau daerah yang meng-Esa-kan Tuhan dan tidak oleh di perangi.
  3. Orang islam yang berbuat dosa besar adalah Muwahhid yang meng-Esa-kan Tuhan, tetapi bukan Mukmin dan bukan kafir al-Millah yaitu kafir agama.
  4. Yang boleh dirampas dalam perang hanyalah kuda dan senjata. Emas dan perak harus dikembalikan kepada orang yang mempunyai.
Adapun golongan-golongan Khawarij ekstrim dan radikal, sungguhpun mereka sebagai golongan telah hilang dalam sejarah. Ajaran-ajaran ekstrim mereka masih mempunyai pengaruh, walaupun tidak banyak, dalam masyarakat Islam sekarang.
والله أعلم بالصواب
DAFTAR PUSTAKA
 Nasution, Harun. 2002, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah anlisa Perbandingan, Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press)

0 komentar:

Posting Komentar

 
TOP